Blog Archive

Selasa, 08 November 2011

KARENA HIDUP HANYA SATU KALI

Setiap manusia memiliki waktu yang sama yakni 24 jam per hari, 7 hari per minggu dan 365 hari per tahun (366 hari per 4 tahun sekali karena kabisat). Dan, masing-masing manusia tersebut memiliki kewenangan untuk memilih apa yang akan dilakukan dengan waktu-waktu itu. Ada beberapa di antara mereka yang selalu menyibukkan diri hingga lupa waktu untuk bersenang-senang dan menikmati dunia, atau bahkan beribadah. Ada juga beberapa di antaranya lebih banyak bersantai dan mengatakan bahwa hidup ini masih panjang, dan selalu bersenang-senang.


Hidup hanya satu kali, jadi harus dinikmati senikmat nikmatnya. Itulah kalimat yang sering saya (penulis.red) dengar dari orang-orang yang saya kenal sampai ke orang-orang pinggir jalan. Mungkin mereka yang mengatakan hal demikian, tak pernah merasakan pahitnya kehidupan dan sulitnya berjuang dalam hidup. Mereka cenderung melihat dunia dari sisi depannya saja. Ibarat sebuah panggung, backstage yang justru terlihat berantakan dan super sibuk tak pernah tampak dihadapan mereka.

Lain halnya dengan orang-orang yang pernah mengalami apa itu arti berjuang dengan keringat sendiri. Mereka jauh lebih menghargai apa yang telah diperolehnya. Saya (penulis.red) mempunyai beberapa pengalaman yang kurang menyenangkan tapi lambat laun baru saya sadari itulah pelajaran kehidupan. Dulu sewaktu kuliah, penulis mendapat bantuan dana dari sana sini untuk kuliah di salah satu universitas swasta di Malang, mulai dari orang tua (donatur tetap penulis :)), beasiswa hingga obyekan-obyekan kecil penulis agar bisa terus kuliah. Sebenarnya jika dikalkulasi hasilnya banyak sekali untuk kantong mahasiswa, namun, mungkin karena kurangnya manajemen dan kesadaran dari penulis kala itu, jumlah yang mengendap di rekening penulis hanya 1/3 nya, yang lain mengendap di lemari buku berubah wujud menjadi tumpukan buku dan kebutuhan internet (saat itu masih ke warnet yang Rp. 3600/jam).

Setelah lulus kuliah tepat 3,5 tahun dan langsung bekerja. Bantuan logistik pun perlahan tapi pasti berkurang drastis. Dan mulai dari situlah penulis merasakan benar-benar sulit mendapatkan uang itu. Dan yang jelas lebih mudah dari menghabiskannya. Penulis mulai memanage keuangan pribadi dengan agak ketat. Tak semudah dulu saat bantuan dana dan logistik mengalir lancar. Hal tersebut penulis lakukan agar selain tabungan terisi, agar membiasakan penulis hidup berhemat dan sederhana, seperti apa yang telah di ajarkan orang tua penulis.

Pengalaman penulis di atas hanyalah satu contoh kecil begitu berharganya peristiwa kehidupan. Last but not least penulis ingin menyampaikan bahwa karena hidup ini hanya satu kali maka buatlah ia berharga detik demi detik dan jangan kamu sia-siakan apa yang ada di sekitarmu, berjuang untuk terus maju dan selalu bersemangat. Wujudkan impianmu, jadikan ia visi mu dan jangan biarkan ia hanya menjadi sebuah mimpi penghias tidur dan lamunanmu belaka. ^^

Penulis berharap pembaca bisa share mengenai pengalamannya mengenai apa yang telah terjadi dalam hidup anda. Semoga bermanfaat .... :)

0 komentar:

Posting Komentar

Link Within

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...